Karakter Dunia Jin

Untuk memahami "dunia lain" atau alam gaib seperti dunia jin, sebagai seorang Muslim tentu kita harus senantiasa merujuk kepada nash-nash yang shahih, baik dari Al-Qur'an maupun dari Al-Hadis karena akal dan indra manusia tidak akan mampu menelusurinya. Semua informasi tentang alam gaib seharusnya berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah S.A.W. Jika ada informasi tentang jin atau alam gaib yang bertentangan dengan keduanya, wajib kita tolak karena dianggap telah mendahului Allah dan Rasul-Nya. Maksudnya, orang-orang yang beriman tidak boleh menetapkan suatu hukum sebelum ada ketetapannya dari Allah dan Rasul-Nya.

Allah S.W.T berfirman;

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُقَدِّمُواْ بَيۡنَ يَدَيِ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٞ ١

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya serta bertakwalah kepada Allah. sungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. AI-Hujuraat [49]: 1)

Dalam ayat ini, tidak disebutkan dalam perkara apa saja seorang mukmin tidak boleh mendahului Allah dan Rasul-Nya. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam semua masalah kita harus berpedoman kepada dua sumber utama ini, baik perkataan maupun perbuatan. Seorang mukmin tidak akan mengatakan sesuatu yang tidak pernah difirmankan Allah S.W.T atau disabdakan Rasulullah S.A.W. Dia juga tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan.

Di masa Rasulullah S.A.W masih hidup, jika ada suatu masalah terjadi dihadapan beliau, maka para shahabat tidak ada yang menjawab mendahului beliau. Jika dihidangkan makanan, tidak ada yang mendahului Nabi S.A.W mengambil makanan. Dan jika mereka pergi ke suatu tempat, tidak ada yang berjalan di depan Nabi S.A.W. Berkata Imam Al-Baidhawi, "Janganlah kamu putuskan suatu perkara sebelum Allah dan Rasul-Nya memutuskan hukumnya."*1

Rasulullah S.A.W juga berpesan, "Telah kutinggalkan pada kamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selamanya jika kamu berpegang teguh pada keduanya. (Yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya." (H.R. Malik, Hakim, Baihaqi, Ibnu Nashr, dan Ibnu Hazm)

Dalam persoalan alam jin dan alam gaib, Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah S.A.W seharusnya dijadikan sumber informasi pertama dan utama, bukan logika atau pengalaman spiritual sebagaimana disebutkan sebagian orang. Al-Qadhi Abdul Jabbar Al-Hamdani berkata, "Ketahuilah bahwa dalil untuk menetapkan keberadaan jin adalah as-samaa' (mendengar), bukan akal. Demikian itu, karena tidak ada jalan bagi akal untuk menetapkan benda-benda yang gaib." *2

Ustadz Muhammad Farid Wujdi — dalam Daa'irah Ma'aarif Al-Qarn Al-'Isyriin sebagaimana dinukil oleh Syaikh Usamah bin Yasin Al-Ma'ani —mengatakan, "Jin adalah makhluk sejenis arwah yang berakal serta memiliki kehendak sebagaimana manusia. Akan tetapi, mereka tidak terikat dengan materi. Kita tidak memiliki pengetahuan tentang (makhluk) sejenis arwah ini, kecuali apa yang telah dijelaskan oleh Al-Qur'anul 'Azhim tentang mereka bahwa mereka adalah alam yang berdiri sendiri, mereka bersuku-suku dan berkelompok, ada yang Muslim dan ada yang kafir."

Yang menggunakan logika (akal) dalam memahami dunia jin adalah kelompok Mu'tazilah dan kaum Materialisme. Imam Al-Haramain sebagaimana dikutip oleh Syaikh Badruddin Asy-Syibli menyebutkan bahwa kelompok falasifah (para filusuf), mayoritas kelompok Qadariyyah dan kaum zindik merupakan orang-orang yang menolak adanya jin. Mereka adalah orang-orang yang menggunakan akalnya semata dalam memahami sesuatu, termasuk sesuatu yang sudah ada nash-nya di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Insya Allah, dalam artikel lainnya pada blog ini kita akan mempelajari beberapa prinsip tentang alam jin yang penting diketahui setiap Muslim, khususnya bagi orang yang ingin menjadi praktisi ruqyah syar'iyyah berdasarkan AI-Qur'an, As-Sunnah, serta sumber-sumber yang valid dari ulama
salafus shalih dan ulama-ulama kontemporer yang diakui keilmuannya oleh dunia Islam.


*1 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafaasir Juz III, (Kairo: Dar Ash-Shabuni, cet. IX tt) hal. 232.

*2 Badruddin Asy-Syibli, Aakaamul Marjaan fi Ahkaamil Jaann (Beirut : Dar Al-Kutub Al-'llmiyyah, tt), hal. 7.

-- Ref Buku: Ensiklopedia Jin, Sihir, & Perdukunan – Musdar Bustamam Tambusai

 

0 Komentar